BERPIKIR BISA SALAH

Senin, 11 April 2016 0 komentar
BERPIKIR BISA SALAH


Tanpa persiapan, berpikir bisa menjadi salah. Pernakah kamu melakukan aktivitas yang sama secara berulang-ulang tapi tidak memperoleh hasil yang memuaskan ? jika pernah, kamu mungkin perlu meneliti ulang apakah sudah melakukan proses berpikir secara benar sebelum melakukan aktivitas tersebut.


Banyak tindakan sia-sia disebabkan proses berpikir yang tidak dibarengi dengan pemahaman jelas dan tujuan yang detail. Pikiran kita terdistorsi oleh banyak hal.  

Pertama, karena tidak bisa focus, ketika kamu tidak bisa focus dalam berpikir, perhatian akan mudah terdistraksi ke berbagai hal yang sama tidak relevan. Pemahaman kamu menjadi kabur dan dangkal.

Kedua, banjir informasi yang lalu lalang di sekitar kamu tidak semua berkualitas. Kadang beberapa di antaranya, yang hanya berupa gossip, rumor, spekulasi, takhayul, memengaruhi penilaian kamu. Mendengarkan gossip kadang memamang lebih menyenagkan dari pada fakta, bukan ?


Untuk melakukan proses berpikir secara benar, hal paling penting untuk kamu persiapkan adalah menciptakan situasi pikiran jernih. Lebih gampang menemukan ikan di sungai yang airnya bersih dari pada sungai berair keruh. Sama halnya dengan proses berpikir, kamu lebih mudah memahami situasi dan permasalahan dengan baik jika kamu bisa berpikir jernih. Pikiran jernih juga mengantarkan kamu pada analisis untuk merancang solusi dari permasalahan tersebut. Untuk melakukan proses berpikir dengan baik, paling tidak ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan.

Filsuf Yunani Kuno, Plato menjelaskan bahwa banyak pemahaman orang terhadap dunia terjebak pada ilusi yang dianggap sebagai realitas. Ia mengilustrasikannya dengan perumpamaan sekelompok tahanan yang dikurung dalam sebuah gua       


Plato : Makna dan Latar Belakang Fakta itu Penting !                

Banyak hal yang pada umumnya kita anggap sebagai kebenaran bukanlah kenyataan yang sesungguhnya. Kita sangat mudah mempercayai realitas yang bersifat indrawi, menggap bahwa apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan, adalah benar.

Menurut Plato, kebenaran yang sesungguhnya bukan sekedar apa yang bisa ditangkap oleh panca indra, melainkan idea. Kedangkalan indrawi hanya mengantarkan kita pada bentuk fisik. Sedangkan esensi dari materi itu sendiri adalah gagasan atau ide-ide yang membentuknya. Dalam proses berpikir, fakta-fakta yang kamu lihat dan dengar tidak berarti apa-apa jika kamu tidak memahami maknanya. 

Misal, sebagai seorang detektif, kamu menyaksikan pembunuhan sadis yang membunuh satu keluarga. Fakta yang saat itu jelas kamu pikirkan adalah satu keluarga yang dibunuh secara sadis. Namun, kamu bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pristiwa tersebut. Temuan-temuan yang kamu peroleh, menentukan makna dari fakta pembunuhan sadis yang membunuh satu keluarga. Kamu bisa mendapatkan berbagai macam kemungkinan temuan. Sebagai detektif, kamu harus mempelajari motif dan petunjuk yang akan membawa kamu pada pelaku pembunuhan. 

Semakin kamu memahami latar belakang dan makna, kamu akan melihat sebuah pristiwa dan permasalahan dengan lebih jelas. Pikiran kamu pun akan lebih jernih untuk melakukan proses kognitif terhadap pristiwa tersebut. Sampai kamu menemukan kesimpulan yang tepat dan dihasilkan dari pemikiran yang rasional.

Best regards,
RestLee Think

0 komentar:

 

©Copyright 2011 ˻ RestĽee Think ˼ |