MAKALAH
ISLAM
AGAMA KOMPREHENSIF
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam
Dosen pengampu: Drs. Nizom Zaini, M.PdI
Disusun Oleh: Kelompok 1 Kelas C
1.) Taufiq Rusdhi 1510111104 (Moderator)
2.) Deandra Dimetrio 1510111017 (Narator)
3.) Ari Suryanto 1510111112 (Operasional)
4.) Haryanti Cahyo Wulan 1510111053 (Notulen)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA 2016
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Islam Agama yang Komprehensif”.
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dan memberikan bahan bacaan kepada pembaca tentang Islam
sebagai agama yang komprehensif.
Tak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nizom Zaini, M.Pdi, selaku
pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membimbing
penyusun dalam penyusunan makalah yang berjudul “Islam Agama yang Komprehensif”
ini. Pihak lain seperti orang tua, saudara, serta teman-teman yang selalu
member dukungan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Maka dari itu, penyusun
mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari pembaca atas ketidaksempurnaan
makalah ini yang akan penyusun perbaiki sehingga tidak akan terjadi di masa
yang akan datang .
Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dimasa yang akan datang.
Atas perhatian, bimbingan, dan kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.
Jakarta, 7 Maret 2016
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR
ISI..................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................1
1.3
Sistematika Penulisan......................................................................................2
BAB
II ISLAM AGAMA KOMPREHENSIF
2.1 Pengertian
Ad-Dienul Islam……………………………………………….....3
2.2 Islam
Agama Yang Sangat Komprehensif………....…………………….......5
2.3 Esensi
Rukun Islam dan Rukun Iman dalam Kehidupan Sehari-hari……....10
2.4 Implementasi
Rukun Islam dan Rukun Iman dalam
Kehidupan sehari-hari..17
2.5 Islam
dalam Kehidupan Individu, Masyarakat, Berbangsa dan Bernegara...28
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….............34
3.2 Saran…………………………………………………………………...........35
DAFTAR
PUSTAKA
LEMBAR PERTANNYAAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa globalisasi ini banyak
umat muslim yang mulai
berbelok arah dalam mempelajari agamanya sendiri, baik itu hal-hal kecil sampai
hal yang terbesar yang terdapat pada ajaran agama islam tersebut,
baik itu pada terjadi kalangan remaja maupun yang sudah berumur. Banyak juga
pada saat ini fenomena-fenomena yang aneh yang mulai membuat resah masyarakat banyak, mulai dari terjadinya terorisme yang mengatas
namakan islam, aliran-aliran sesat yang sedang marak dan berjamur di Indonesia
ini, juga pengaruh
dari budaya barat yang ditiru oleh umat muslim saat ini tanpa disaring terlebih dahulu budaya tersebut, apakah
cocok atau tidaknya budaya tersebut dengan umat yang beragama islam.
Setiap
umat
muslim wajib memahami dan meyakini
tentang agama islam secara lebih dalam dan menyeluruh agar selamat sampai akhirat kelak. Dalam mempelajarinya kita harus serius dan mempunyai
tujuan baik hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan kita juga
dituntut untuk berhati-hati dalam mempelajarinya karena banyak sekali ajaran
atau paham yang tidak bersumber pada Al Quran dan Hadis yang mengaku sebagai agama
islam.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
yang pertama adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam,
yang kedua untuk dijadikan sebagai bahan bacaan untuk para pembaca yang ingin
menambah pengetahuan mengenai agama islam yang benar dan bersumber dari Al-Quran dan Hadis
secara komprehensif dan juga para
pembaca bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehai-hari agar menjadi
seorang muslim yang benar-benar muslim.
1.3
Sistematika Pembahasan
Makalah ini penulis susun dalam tiga
bab, yaitu bab pertama
terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan dan sistematika
pembahasan dari makalah ini.
Bab kedua
terdapat isi dari makalah yang berupa pembahasan-pembahasan mulai dari ad-dienul islam, islam agama yang sangat komprehensif, esensi rukun islam dan rukun
iman dalam kehidupan sehari-hari, implementasi rukun islam dan rukun iman dalam
kehidupan sehari-hari dan islam dalam kehidupan indiovidu, masyarakat,
berbangsa an bernegara. Pada bab ketiga atau terakhir ini berupa penutup dari
makalah yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
ISLAM AGAMA KOMPREHENSIF
2.1 Pengertian Ad Dienul Islam
Dinul Islam diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia adalah Agama Islam.
“Agama merupakan peraturan dan undang-undang bagi manusia
agar tidak kacau. Islam adalah agama Allah untuk seluruh umat yang mengatur
hidup nya agar selamat bahagia dunia dan akhirat”[1].
Dinul
islam dibawa dan diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sejak Nabi Adam AS, hingga
Nai Muhammad SAW. Sebagai nabi terakhir. Ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan
Rasul tersebut bersumber dari kitab-kitab Allah dan sunnah para Nabi yang
bersangkutan. Dinul Islam juga dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW. Oleh karena itu Dinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merupakan
agama yang paling lengkap serta satu-satunya agama yang di ridhoi Allah SWT.
Hal ini terdapat sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surat Ali Imran ayat 19
Artinya:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Sedangkan jika ditinjau dari kata per kata kalimat Din dalam Bahasa Arab berarti agama, jalan hidup, peraturan atau undang-undang sedangkan kata Islam dalam Bahasa Arab berati tunduk, menyerah, patuh selamat dan damai
Dengan demikian Islam dapat diartikan senantiasa tunduk, patuh dan meyerahkan diri kepada allah SWT. Islam juga dapat berarti keselamatan dan kedamaian, karena orang yang telah masuk Islam akan selamat dan damai di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan jika ditinjau dari kata per kata kalimat Din dalam Bahasa Arab berarti agama, jalan hidup, peraturan atau undang-undang sedangkan kata Islam dalam Bahasa Arab berati tunduk, menyerah, patuh selamat dan damai
Dengan demikian Islam dapat diartikan senantiasa tunduk, patuh dan meyerahkan diri kepada allah SWT. Islam juga dapat berarti keselamatan dan kedamaian, karena orang yang telah masuk Islam akan selamat dan damai di dunia maupun di akhirat.
Adapun arti Islam menurut istilah adalah
senantiasa tunduk, patuh dan menyerah kepadaAllah secara lahir maupun bathin
dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kata Islam punya dua makna. Pertama, wahyu yang menjelaskan tentang din (agama)
Allah. Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu keimanan dan ketundukan
manusia kepada wahyu yang berisi
ajaran-ajaran tentang agama islam
sebagai agama yang benar disisi Allah.
Islam yang dibawa Nabi Muhammad lebih luas
lagi daripada yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Apalagi nabi-nabi
sebelumnya diutus hanya untuk kaumnya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk
seluruh umat manusia. Oleh karena itu, Islam yang dibawanya lebih luas dan
menyeluruh. Tak heran jika Al-Qur’an bisa menjelaskan dan menunjukkan tentang
segala sesuatu kepada manusia.
Sebagaimana yang
telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 89 :
Artinya:
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
2.2 Islam sebagai Agama Komprehensif
“Agama Islam merupakan agama yang sangat
sempurna dan sangat lengkap. Kesempurnaan agama Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz
zaman (sepanjang masa), syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul
makan (semua tempat)”[2].
1.)
Islam sebagai syumuliyatuz zaman (sepanjang
masa)
Islam
sebagai syumuliyatuz zaman berati
agama islam adalah agama yang paling benar di sisi Allah baik pada dan harus
dilaksanakan sepanjang masa untuk seluruh umat manusia baik di masa lalu, masa
sekarang dan sampai akhir zaman nanti.
2.)
Islam sebagai syumuliyatul
minhaj (mencakup semuanya)
Islam
sebagai syumuliyatul minhaj berarti
melingkupi beberapa aspek lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendiri,
misalnya jihad dan da’wah yang berfungsi sebagai penyokong dan penguat Islam,
akhlaq dan ibadah sebagai bangunan Islam dan aqidah sebagai asas Islam.
Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai satu-satunya agama yang
diridhai oleh Allah SWT.
Bukti-Bukti Kelengkapan ajaran
islam:
A.) Kelengkapan ajaran Islam dalam
bidang aqidah
Aqidah
Islam adalah aqidah yang lengkap dari sudut manapun.
a. Ia mampu menjelaskan
persoalan-persoalan besar kehidupan ini. Aqidah Islam mampu dengan jelas
menerangkan tentang Tuhan, manusia, alam raya, kenabian, dan bahkan perjalanan
akhir manusia itu sendiri.
b. Ia tidak hanya ditetapkan
berdasarkan instink/perasaan atau logika semata, tetapi aqidah Islam
diyakini berdasarkan wahyu yang dibenarkan oleh perasaan dan logika. Iman yang
baik adalah iman yang muncul dari akal yang bersinar dan hati yang bercahaya.
c. Aqidah Islam adalah aqidah yang
tidak bisa dibagi-bagi. Iman seorang mukmin adalah iman 100 % tidak bisa 99 %
iman 1% kufur.
B.) Kelengkapan ajaran Islam dalam
bidang ibadah
Ibadah
dalam Islam menjangkau keseluruhan wujud manusia secara penuh. Seorang muslim
beribadah kepada Allah dengan lisan , fisik, hati, akal, dan bahkan
kekayaannya.
a. Lisannya mampu bedzikir, berdoa,
tilawah, amar ma’ruf nahi munkar.
b. Fisiknya mengiringi dengan berdiri,
ruku’ dan sujud, puasa dan berbuka, berjihad dan berolah raga, membantu mereka
yang membutuhkan.
c. Hatinya beribadah dengan rasa takut,
berharap, cinta dan bertawakkal kepada Allah. Ikut berbahagia atas
kebahagiaan sesama, dan berbela sungkawa atas musibah sesama.
d. Akalnya beribadah dengan berfikir
dan merenungkan kebesaran dan ciptaan Allah.
e. Hartanya diinfakkan untuk
pembelanjaan yang dicintai dan diperintahkan Allah.
C.) Kelengkapan ajaran Islam dalam
bidang akhlaq
Akhlaq
Islam memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan manusia dengan
optimal, ia menjangkau ruhiyyah, fisik, agama, duniawiyah, logika, perasaan,
keberadaannya sebagai wujud individu, atau wujudnya sebagai elemen komunal.
Akhlak Islam meliputi:
hal-hal yang berkaitan dengan pribadi, seperti :
a. kewajiban memenuhi kebutuhan fisik
dengan makan dan minum.
b. seruan, agar manusia mempergunakan
akalnya menatap langit dan bumi.
c. seruan agar manusia membersihkan
jiwanya
3.)
Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat)
Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini
sebagai satu kesatuan.Pencipta alam ini hanya Allah saja karena tidak ada
satupun makhluk yang dapat menciptakan alam semesta seperti yang telah Allah
ciptakan. Dan karena alam berasal dari satu pencipta, maka semua dapat
dikenakan aturan dan ketentuan kepada-Nya.
Sebagaimana Firman Allah SWT
yang menyatakan bahwa Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan pencipta alam
semesta pada surat Al-Baqarah ayat 163-164:
Artinya:
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah 2: 163-164).
Agama
islam adalah agama yang sangat sempurna dan sangat lengkap isi ajarannya,
kesempurnaan islam dapat
dilihat dari :
1.
Nama Islam Pemberian Langsung dari Allah
SWT
Nama
islam bukanlah hasil pemikiran dan gagasan dari nabi Muhammad SAW atau pengikutnya,
akan tetapi langsung dari Allah SWT.
2.
Islam
merupakan rahmat Allah untuk umat manusia
Islam
agama yang diridhai Allah SWT. Agama Islam juga merupakan agama yang ajarannya
lurus tidak menyesatkan dan tidak menyusahkan manusia, dan Allah juga menolak
agama pilihan manusia kecuali agama islam.
Sebagaimana
yang telah di jelaskan dalam surat Ali Imran ayat 85:
Artinya:
barang
siapa mencari agama selain agama islam maka sekali-kali tidaklah akan diterima
agama itu dari pada-Nya dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi
3.
Islam Agama yang Sesuai dengan Fitrah
Manusia
Islam merupakan agama yang sangat cocok dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan manusia, merupakan referensi dan
pedoman dan islam agama yg dapat menuntun manusia mencari hakikat Tuhan yang
sebenarnya.
4.
Islam Agama yang Mehimpun Semua Kebenaran
Semua
kebenaran yang diajarkan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad itu diyakini dan
diamalkan dalam ajaran islam
5.
Islam Agama yang Mampu Mengangkat Derajat Manusia
Islam
tidak apriori terhadap kemajuan dan perubahan serta tidak selalu menolak ajaran
agama lain, apabila tidak bertentangan dengan syariat islam. Islam Memotivasi
manusia selalu bersikap kritis, selektif, sebagai saksi yang adil berdasarkan
ketaatan terhadap Allah.
6.
Islam Agama Perdamaian dan Dapat Menyatukan Umat
Manusia
Islam
agama cinta damai, keadilan serta keindahan. Islam agama yang mendorong umatnya
melintasi (berani menegakkan nilai-nilai islam), yang dihiasi dengan kesungguhan
(jiddiyah), semangat (hamasah), disiplin (hawabit), istiqomah bukan dengan
kekerasan anarkis dan lain-lain.
7. Islam agama
yang meluruskan kesalahan dan menjelaskan ajaran yang benar
Setiap
persoalan dunia dan akhirat harus dikembalikan ketujuan syariat yang tercantum
dalam hukum wajib, haram, sunnah, makhruh, dan mubah.
8. Islam agama
yang dapat menjajikan kebahagian didunia dan diakhirat
Orang
yang suka berbuat baik dan menjalankan segala perintah Allah akan diberikan pahala surga dan
kebaikan dunia.
2.3 Esensi Rukun
Islam dan Rukun Iman dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam agama
Islam kita mengenal adanya rukun Islam dan rukun Iman dan umat Islam wajib
menjalankan dan meyakini dengan sepenuh hati keduanya. Karena keduanya adalah
dasar-dasar agama Islam atau Ushul al-Din, yang dimana ulama sepakat bahwa umat
Islam tidak boleh berbeda pendapat mengenai masalah Ushul al-Din. Adapun
masalah Furu’al-Din yakni cabang-cabang agama ulama mengatakan boleh berbeda
pendapat. Kenapa ulama mengatakan tidak boleh berbeda dalam masalah Ushul
al-Din, karena masalah Ushul al-Din ini menyangkut masalah tauhid, yakni
merupakan pokok keyakinan bagi umat Islam. Selain itu tauhid juga menyangkut
masalah keimanan antara sang hamba dengan Tuhan-Nya, karena “keimanan merupakan
sarana yang tepat bagi manusia untuk menjauhi diri dari murka Allah SWT[3]”.
Karena dengan adanya iman akan mendapatkan petunjuk.
1.) Esensi Rukun
Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Menunjukkan
identitas diri bahwa kita adalah muslim.
Disaat Allah memerintahkan kita untuk mengikrarkan diri di hadapan ummat manusia bahwa kita adalah muslim (Jika mereka berpaling dari ajakanmu, maka ucapkan : saksikanlah bahwa kami adalah muslim ); maka pekerjaan paling utama yang membedakan kita dengan orang yang mengingkari ajaran Islam adalah melaksanakan rukun Islam. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa rukun Islam adalah identitas.
Disaat Allah memerintahkan kita untuk mengikrarkan diri di hadapan ummat manusia bahwa kita adalah muslim (Jika mereka berpaling dari ajakanmu, maka ucapkan : saksikanlah bahwa kami adalah muslim ); maka pekerjaan paling utama yang membedakan kita dengan orang yang mengingkari ajaran Islam adalah melaksanakan rukun Islam. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa rukun Islam adalah identitas.
Sabda Rasulullah saw tentang sholat:
Dari Jabir, Rasulullah saw bersabda : “Perbedaan antara seorang muslim dengan
kekufuran adalah sholat”
Sabda Rasulullah saw tentang
pensejajaran posisi antara syahadat, sholat dan zakat.
Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Nabi saw
bersabda :
“Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan kalimat
syahadat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal
tersebut, maka darah dan harta mereka terjaga dariku, kecuali penumpahan darah
yang dibenarkan menurut ajaran Islam, dan perhitungan tersebut kembali kepada
Allah”
Sunnah khalifah Abu Bakar yang memerangi
orang yang membangkang untuk membayar zakat. Andaikan zakat bukan identitas, Abu
Bakar tidak akan memerangi orang-orang tersebut karena darah mereka adalah
haram untuk ditumpahkan.
a. Rukun
Islam yang tercantum dalam Al Qur’an adalah santapan lezat dan sehat buat hati
seorang muslim.
Rasulullah saw bersabda
:
“Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah
hidangan Allah,
ambillah darinya sebanyak mungkin”
b.
Rukun Islam merupakan sarana untuk
membersihkan hati dan memperoleh derajat taqwa. Seluruh ibadah yang
disyariatkan semuanya bermuara kepada pembersihan hati. Sholat diperintahkan
untuk mengingat Allah; dan mengingat Allah adalah sarana paling efektif untuk
membersihkan hati. Selain untuk mengingat Allah, sholat berfungsi secara sosial
untuk mencegah degradasi moral dan kejahatan. Jika masyarakat bersih dari
perilaku moral menyimpang dan tindakan kriminal, hati akan semakin kondusif
untuk terjaga kebersihannya.
Allah swt berfirman dalam surat At-Thaha
ayat 14 dan surat Al-Ankabut ayat 45 :
Artinya:
“Dan dirikanlah sholat untuk
mengingat-Ku” (Thaha : 14)
Artinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. ( Al Ankabut : 45).
c. Zakat
adalah ibadah yang berfungsi untuk membersihkan harta dari hak orang lain yang
ada di harta kita dan juga untuk membersihkan hati orang yang mengeluarkannya
dari penyakit kikir, bakhil dan anti sosial.
d. Puasa
adalah diantara sarana yang paling efektif untuk mensucikan jiwa.
Dengan
kesucian hati kita akan merasakan kedekatan dengan Allah swt. Itulah sebabnya
di sela-sela ayat puasa, Allah mengatakan akan mengabulkan permintaan hamba-Nya
yang berpuasa, karena mereka sedang dekat dengan-Nya. Kesucian hati merupakan
segalanya dalam Islam, karena Allah hanya akan memandang hati kita, tidak
kepada yang lain. Semua harta yang kita kumpulkan dan anak keturunan tidak ada nilainya
di sisi Allah swt.
Allah berfirman dalam surat Asy Syu’ara
ayat 88-89 :
Artinya:
“(yaitu)
di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”,(Asy-Syu’ara:
88)
“kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”,(Asy-Syu’ara:
89).
Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya
Allah tidak memandang bentuk tubuh kalian, dan tidak juga kepada rupa kalian,
akan tetapi memandang kepada hati-hati dan amalan-amalan kalian”.
(HR. . Muslim).
Dengan
kebersihan hati, seorang muslim mampu menyesuaikan diri dengan perintah
Tuhannya. Apapun yang diperintahkan Allah kepadanya mampu dia laksanakan. Dia
akan merasakan kenikmatan bermunajat dan berjuang di jalan Allah swt. Inilah
rahasia kenapa orang-orang yang bertakwa yang hatinya bersih sangat ringan
langkahnya menjalankan perintah; dan di saat yang sama orang-orang yang hatinya
berpenyakit merasakan perintah Allah sebagai azab yang menyiksa mereka.Dengan
melaksanakan rukun Islam secara baik, diharapkan benteng Islam menjadi kokoh.
Ia tidak mudah dimasuki oleh maling-maling yang mengintai setiap saat kelalaian
kita. Rasulullah mengibaratkan sholat
sebagai pilar bangunan Islam dan puasa sebagai benteng atau dindingnya. Jika
jumlah kaum muslimin yang tidak mengerjakan sholat dan puasa adalah separohnya,
maka kita membayangkan betapa rapuhnya bangunan Islam. Pilarnya sudah tidak
tegak berdiri bahkan berpotensi ambruk dan dindingnya hanya tinggal menutupi
setengah bangunan yang ada. Bangunan yang kondisinya sudah seperti ini sudah
tidak layak huni, karena sewaktu-waktu bisa ambruk, dimasuki maling yang
membuat penghuninya tidak betah.
2.)
Esensi Rukun Iman dalam Kehidupan
Sehari-hari
Rukun dapat diartikan dengan syarat
sah jadi rukun jika ditinggalkan salah satunya maka akan merusak atau yang lain
akan percuma karena salah satu syaratnya tidak terpenuhi, begitu juga dengan
rukun iman kita harus mengimani keenam rukun tersebut yaitu:
1. ) Iman kepada Allah
2.) Iman kepada
rasullullaah
3.) Iman kepada
malaikat Allah
4.) Iman kepada kitab suci allah
5.) Iman kepada
hari akhir
6.) Iman kepada
qadar baik dan buruk
Secara harfiah kata
rukun berarti berdampingan, berdekatan, bersanding, bertempat tinggal bersama
atau kekuatan. Dalam ilmu fiqih rukun sering diartikan suatu perbuatan yang
mengesahkan suatu kegiatan dan perbuatan tersebut termasuk dari kegiatan
tersebut.
1.
Sifat-sifat
orang yang beriman diantaranya adalah :
1.) Teguh dalam pendirian
2.) Tegas dalam mengambil sikap
3.) Mudah menerima nasihat
4.) Selalu takut pada Allah
5.) Menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganya
6.) Senang mencari dan menambah ilmu
7.) Sederhana dan selalu menjaga kebersihan
8.) Mempunyai semangat yang tinggi dalam melakukan amal
9.) Mempunyai sifat was-was dalam bertindak dan menagambil keputusan
10.)
Lebih tenang
dalam mengambil keputusan
11.)
Memiliki
sikap sosial dan toleransi yang sangat baik
12.)
Jujur dalam melakukan sesuatu
13.)
Hati-hati dalam berbicara
2. Fungsi iman dalam kehidupan sehari-hari :
1.) Iman dengan disertai dengan amal shaleh dapat menjadi
kunci akan dibukakanya kehidupan yang baik, makmur dan
sejahtera
2.) Iman dapat
menimbulkan ketenangan jiwa
3.) Iman akan
menimbulkan kasih sayang antar sesama
4.) Lebih
mendekatkan diri kepada sang pencipta
5.) Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
6.) Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari Allah
SWT
7.) Membawa keberkahan dilangit dan di bumi
8.) Memberikan ketengan dalam jiwa
9.) Dijanjikan
akan mendapatkan surga
10.)
Dengan iman hidup akan terarah
11.)
Iman membawa manusia pada
kedamaian
12.)
Dengan iman hidup kita
lebih sederhana
13.)
Dengan iman
ketika akan menjadi lebih semangat dalam mencapai sesuatu
14.)
Iman membuat
kita menjadi lebih sabar
3. Hal-hal yang dapat meningkatkan keimanan, yaitu :
1.) Mejalankan perintah allah dan menjauhi laranganya
2.) Senantiasa meningkatkan ketaqwaan
3.) Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu
tentang mengenal Allah SWT sepertimakna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya,
dan perbuatan-perbuatan-Nya.Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang
terhadap Allah dan kekuasaan-Nya,maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan
serta takutnya kepadaAllah SWT.
4.) Merenungkan
ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dankesempurnaan-Nya. Maka kita
akan sampai pada kesimpulan : Siapa yangmerancang, menciptakan dan mengatur
semua ini ? Jawabannya hanya Allah.
5.) Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
6.) Pelajari ilmu-ilmu mengenai asmaul husna.
2.4 Implementasi
Rukun Islam dan Rukun Iman dalam Kehidupan sehari-hari
Setiap
karakter muslim itu berbeda dengan muslim lainnya kita bisa melihatnya dari
ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Yang kemudian tercermin dari akhlaknya dikehidupan sehari-hari. Ketaqwaan
seorang muslim terbentuk tatkala ia mampu menjalankan kewajibanNya dan menjauhi
laranganNya. Dan itu terangkum dalam 2 pondasi umat muslim yaitu rukun islam
dan rukun iman. Rukun islam serta rukun iman berisikan seperangkat keyakinan
serta kewajiban umat muslim.
(Dari Umar bin Khattab) : ‘Ketika kami sedang
berada di samping Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari
tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang laki-laki yang pakaiannya sangat
putih, rambutnya sangat hitam, tidak nampak padanya tanda safar, dan kami tidak
ada yang mengenalnya. Kemudian orang itu duduk (mendekati) Nabi shollallahu
‘alaihi wasallam menyandarkan lututnya pada lutut Nabi dan meletakkan kedua
telapak tangannya di atas kedua paha Nabi dan berkata: Wahai Muhammad,
beritahukan kepadaku tentang Islam. Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhaq disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, dan
engkau menegakkan sholat, menunaikan zakat, shoum (berpuasa) pada bulan
Ramadlan, dan berhaji ke baitullah jika engkau mampu melakukan perjalanan ke
sana. Orang itu berkata: Engkau benar.
(Umar
berkata) Kami heran dengan orang tersebut, ia bertanya tapi ia yang
membenarkan. (Orang itu) berkata: Beritahukan kepadaku apakah iman itu? Nabi
berkata: engkau beriman kepada Allah, MalaikatNya, kitab-kitabNya,
Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada taqdir baik dan buruknya. (Orang
itu) berkata: Engkau benar. Kemudian ia berkata: Beritahukan kepadaku apakah
ihsan itu? Nabi bersabda: Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatnya. Jika engkau tidak bisa melihatnya, sesungguhnya Ia melihatmu.
(Kemudian orang itu berkata) Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat (kapan
terjadinya). Nabi menyatakan: Tidaklah yang ditanya lebih tahu dibandingkan
orang yang bertanya. (Orang itu berkata) Beritahukan kepadaku tentang
tanda-tandanya. Nabi bersabda: Budak wanita melahirkan tuannya, dan engkau
melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang (kurang pakaiannya), miskin,
penggembala kambing, berlomba-lomba meninggikan bangunan. Kemudian orang itu
pergi. Setelah berlalunya waktu, Nabi berkata: Wahai Umar, tahukah engkau siapa
orang yang bertanya tadi? Umar menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih tahu.
Nabi menyatakan: itu adalah Jibril, datang untuk mengajari agama kepada kalian
(H.R Muslim.)
Rukun Iman dan Rukun Islam yang dijelaskan pada hadits tersebut,
menjelaskan bahwa apa saja yang yang harus kita lakukan untuk dapat dikatakan
bahwa Iman dan Islam kita telah sah. Rukun Iman dan Rukun Islam tentulah wajib
kita penuhi keduanya secara bersamaan, bukan dalam bentuk urutan per rukun
tetapi dalam keseluruhannya, sehingga dapat kita pastikan bahwa keislaman dan
keimanan kita bukan hanya merupakan warisan dari orang tua yang secara paksa
ditanamkan kepada kita tetapi lebih karena kesadaran dan keikhlasan kita dalam
melakukannya sebagai kebutuhan bukan kewajiban.
A. Implementasi
Rukun Iman dalam Kehidupan Sehari-hari
Secara
garis besar, agama Islam terdiri dari dua bagian, yaitu bagian teori, yang
lazim disebut dengan rukun iman, dan bagian praktek, yang mencakup segala hal
yang harus dilakukan oleh orang yang beriman yang kemudian dijadikan pedoman
dalam menjalani kehidupan.
Bagian pertama juga disebut dengan ushul,
dan bagian kedua disebut furu’. Kata ushul adalah jama’ kata ashl, artinya
pokok. Adapun kata furu’ adalah jama’nya kata far yang berarti cabang. Bagian
pertama juga disebut aqa’id artinya kepercayaan dan yang kedua disebut dengan
ahkam yang berari hukum.
Menurut
Imam Bukhori tentang iman:
“Saya telah menemui labih dari
seribu orang ulama’ di berbagai penjuru negeri dan daya tidak melihat ada salah
seorang diantara mereka yang tak sepaham bahwa iman adalah perkataan dan
perbuatan, bertambah dan berkurang”.
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iman adalah sebuah
keyakinan dalam hati dan pembenaran dengan perbuatan.
Dalam Islam, rukun iman dibagi menjadi
enam yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikatNya, iman kepada kitabNya,
iman kepada RasulNya, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir.
Sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 117:
Artinya:
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia”.(Al-Baqarah:117).
Iman dalam
bahasa arab adalah “attashdiiq” yang berarti membenarkan. Secara Istilah Iman
berarti: membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan
perbuatan.
1.)
Iman kepada Allah
Iman kepada Allah adalah pembenaran
atas adanya Allah yang Maha Pencipta, mengetahui yang ghaib, Rabb segala
sesuatu, bahwa tiada Ilah yang patut disembah kecuali Dia dan dengan asma’ dan
sifatNya. Sedangkan menurut Sayid Sabiq Iman kepada Allah SWT adalah ma’rifat
dengan nama-namaNya yang mulia dan sifat-sifatNya yang tinggi. Juga ma’rifat
dengan bukti-bukti wujud serta kenyataan sifat keagungan dalam alam semesta
ini.
Realisasi
iman kepada Allah menurut Abdul Majid (Al Iman, 1994: ) adalah:
1.
Ikhlas dalam melaksanakan ibadah, baik
ibadah I’tiqodiyah, qouliyah maupun ibadah praktis. Adapun yang meliputi ibadah
I’tiqodiyah adalah yakin bahwa Laa Ilaha Illallah, cinta kepada Allah, takut
kepada Allah SWT dengan mengharap rahmatNya.
Ibadah qouliyah meliputi mengucap kalimat syahadat, istighfar, do’a, dll. Sedangkan ibadah praktis meliputi rukun islam dan amalan-amalan lain yang disukai Allah SWT.
Ibadah qouliyah meliputi mengucap kalimat syahadat, istighfar, do’a, dll. Sedangkan ibadah praktis meliputi rukun islam dan amalan-amalan lain yang disukai Allah SWT.
2.
Iman secara konsekuen yaitu tidak hanya
di lisan saja seseorang mengaku iman akan tetapi dia harus konsekuen dengan
aturan iman itu sendiri misal membenarkan semua yang datang dari Allah SWT,
menuntaskan kewajiban, amar ma’ruf nahi munkar, dll.
2.) Iman Kepada Malaikat
Hakikat
iman kepada malaikat Allah adalah pembenaran bahwa malaikat itu ada, dan
diciptakan dari cahaya, bahwa mereka mempunyai tugas masing-masing terhadap
hamba Allah. Sedangkan dalam kitab aqidah islam iman kepada malaikat hakikatnya
adalah ma’rifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini, termasuk
kekuatan kebaikan yaitu malaikat, juga kekuatan jahat dari iblis dan sekalian
tentaranya dari golongan syaithan.
Dalam
implementasinya dikehidupan dunia ini kita meyakini bahwa diantara
malaikat-malaikat Allah ada yang selalu mengawasi kita dan siap mencabut nyawa
kita kapan saja dimana pun kita berada seseuai dengan perintah Allah SWT, ada
juga yang mencatat apa saja yang kita lakukan setiap harinya mulai dari
berkelakuan baik hingga berkelakuan buruk dll.
3.) Iman kepada Kitab-kitab Allah
Hakikat
iman kepada kitab Allah adalah meyakini bahwa itu adalah wahyu yang diberikan
kepada rasulnya, dan dia adalah petunjuk untuk mengetahui antara yang baik dan
yang buruk, serta yakin bahwa Allah benar-benar memfirmankan. Dan Syaikh Abu
Bakar Jabir menambahkan bahwa segala hukum dan syari’at yang ada di dalamnya
adalah hukum untuk umatnya.
4.) Iman kepada Rasul-rasul Allah
Iman
kepada rasulnya adalah ma’rifat kepada nabi dan rasulnya yang ditutup oleh nabi
Muhammad SAW, meyakini bahwa mereka adalah utusanNya dan menjadi pembimbing kearah
kebaikan. Bahwa mereka adalah manusia biasa yang mendapat keistimewaan dari Allah
yaitu berupa wahyu dan mu’jizat. Dan bukan hanya meyakini akan tetapi kita juga
harus membenarkan dengan kita menjalankan segala apa yang disunahkan kepada
kita. Menjadikan mereka sebagai suri tauladan dalam menjalani kehidupan di
dunia.
Dan
seseorang tidak boleh hanya mengimani beberapa rasul saja dan jika hal itu
terjadi maka seseorang itu menurut Abdul Majid (Al Iman, 1994:) maka dia adalah kafir.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An Nisa’
ayat 150-151:
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah
dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman
kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)",
serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang
demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang
menghinakan.”
Alasan Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah:
a. Meneladani
akhlak nabi karena nabi adalah suri tauladan bagi semua manusia yang ada
didunia ini.
Allah berfirman
Al-Azhab ayat 21 :
Artinya:
“Sungguh dalam jiwa rasulullah (S.A.W.) terdapat
tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir dan banyak
mengingat Allah”. (Al-Azhab:21).
Selain itu terdapat juga di Surah Yusuf ayat 111:
Artinya:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.(Yusuf:111)
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.(Yusuf:111)
b. Para
nabi adalah orang yang paling dekat kepada Allah dan adalah orang yang paling
mulia yang pernah hadir dimuka bumi ini.
c. Rasulullah
Muhammad S.A.W. adalah orang yang terhebat didunia sepanjang zaman. Dalam waktu
23 tahun beliau dapat merombak total jahiliyyah dan dalam waktu yang sesingkat
itu, Islam telah berjaya dan berkuasa didunia ini.
5.) Iman kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari kiamat hakikatnya yaitu
ma’rifat dengan adanya hari akhir beserta di dalamnya tanda-tandanya yang
tadinya belum telihat atau belum terjadi, serta kejadian setelah kematian yaitu
adanya hari kebangkitan, adanya siksa kubur dan kehidupansetelah adanya surge
dan neraka. Sehingga kita menjadi sadar bahwa dunia adalah bukan menjadi tujuan
hidup manusia.
Cara Mengimplementasikan Iman Kepada Hari Kiamat:
a. Meningkatkan
amalan baik dan meninggalkan amalan yang buruk untuk persiapan hari akhir.
Allah berfirman dalam
surah Asy-Syura ayat 20:
Artinya:
“Barang siapa
yang menginginkan ladang di akhirat maka kami akan tambahkan baginya untuk
ladangnya dan barang siapa yang menginginkan ladang dunia maka kami akan
berikan bagiannya dan dia tidak akan memiliki bagiannya di akhirat “.(Asy-Syura:20)
Kemudian juga terdapat di Surat Al-Isra ayat 14-15:
Artinya:
"Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu".(Al-Isra:14)
Artinya:
“Barangsiapa
yang berbuat sesuai dengan hidayah , maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk dirinya
sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami
tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (Al-Isra:15)
b. Menjauhi
segala perbuatan yang tidak Allah ridhai karena ia tahu segala perbuatannya
akan di pertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 13:
Artinya:
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka”. (Al-Isra:13).
c. Menyadari
bahwa kehidupan dunia ini sangatlah singkat dan hari akhir adalah kekal.
Sebagaimana firman
Allah dalam Surat Ghafir ayat 39:
Artinya:
“Wahai kaumku sesungguhnya kehidupan (dunia) ini adalah kenikmatan (sementara belaka) dan sesungguhnya hari akhir adalah tempat yang tetap (kekal)”.(Ghafir:39).
6.) Iman kepada Takdir (qadla dan qadar)
Iman
kepada takdir Allah hakikatnya adalah ma’rifat dengan keputusan yang ada baik
dalam penciptaan maupun cara mengaturnya dan yakin bahwa segala sesuatu yang
belum dan sudah terjadi adalah keputusannya tidak ada yang dapat mengetahui
kecuali ilmu orang sejajar dengan ilmu Allah. Karena memang seseorang tidak
akan pernah mengetahui kecuali sesuatu hal dengan tepat kecuali jika orang
tersebut mengetahui ilmunya. Misal seorang yang bodoh tentang ilmu kedokteran
dia akan menentang seorang dokter yang membedah perut pasiennya. Akan tetapi
kjika ia tahu bahwa dokter adalah ahlinya maka dia akan menentang mengakui
ketidakmengertiannya.
Hal
ini sama dengan sikap seorang mukmin yang mengakui kemahasempurnaan Allah. Maka
jika suatu peristiwa menimpa dirinya dia yakin bahwa akan ada hikmahnya. Namun
jika dia belum mendapat makna dari balik peristiwa maka dia akan mengakui
ketidakmengertiannya akan ilmu Allah dan tidak akan menentangnya.
B.
Implementasi
Rukun Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari
Rukun Islam adalah
bangunan pokok ajaran Islam dalam bidang amaliyah. Ia merupakan buah dari
keyakinan terhadap rukun iman. Disaat Jibril bertanya tentang Islam, Rasulullah
saw menjawabnya dengan menyebutkan bangunan pokoknya.
Rasulullah saw bersabda :
“Islam adalah : Engkau mengucapkan dan
bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah; engkau
melaksanakan sholat; engkau menunaikan zakat; engkau melaksanakan puasa; dan
melaksanakan ibadah haji jika engkau memiliki kesanggupan”.
Rukun Islam menempati posisi utama dalam bangunan Islam.
Tanpanya identitas Islam akan kabur, sehingga orang akan sulit
mengidentifikasi apakah seseorang itu muslim atau bukan. Tetapi rukun Islam
bukan segalanya dalam Islam, karena masih banyak ajaran Islam yang lain yang
juga wajib, sangat dianjurkan, dan dianjurkan untuk dilaksanakan.
Cara implementasi rukun
islam dalam kehidupan sehari-hari:
1) Mempelajari
setiap rukun Islam secara baik.
2) Membuat
jadwal aktivitas ibadah dan mengevaluasinya setiap hari. Apakah saya telah
melaksanakan sholat ? Apakah saya sudah mulai melaksanakan sholat di masjid ?
Apakah saya mulai melaksanakan sholat-sholat sebagai tambahan dari sholat wajib
? Apakah saya sudah menzakatkan harta yang saya miliki ? Dst …Lalu lakukan
evaluasi menjelang subuh setelah anda sholat tahajjud. Sambil mengucapkan
istighfar meenung akan kekurangan dan kesalahan yang dilakukan sehari, kita
bertekad untuk terus meningkatkan kualitas ibadah yang telah kita lakukan.
3) Membuat
majlis untuk saling mengingatkan tentang kewajibannya sebagi muslim. Diantara ancaman serius yang menimpa setiap
manusia adalah sering dan mudah lupa. Mengetahui bahwa manusia memiliki sifat
ini, maka Allah memerintahkan kita untuk menghidupkan majlis saling mengingatkan
Allah sangat menyenangi orang yang hidup bersama dan hanya mencinta karena-Nya.
Dan sebaliknya serigala serigala sangat senang mengintai mangsa yang menjauh
dari rombongannya.
2.5 Islam Dalam Kehidupan Individu, Masyarakat, Berbangsa,
Dan
Bernegara
Agama, terlahir awalnya adalah berasal dari keyakinan
terhadap adanya yang ghaib, yang mempunyai kekuatan supranatural. Kata agama,
berasal dari bahasa sansekerta ”a” yang berarti ”tidak” dan ”gama” yang berarti
”kacau”. Dari dua kata tersebu diartikan bahwa agama adalah suatu peraturan
yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Fungsi
agama adalah sebagai landasan dimana individu itu bertindak atau melakukan
sesuatu dalam kehidupannya. Selain daripada fungsi agama sebagai landasan dalam
tindakan individu agama juga sebagai pengendali di dalam langkah kehidupan
masyarakat, selain itu agama sebagai pemersatu umat manusia karena adanya
persamaan keyakinan.
1.) Islam Dalam Kehidupan Individu
Manusia
merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa, karena manusia berbeda dengan
makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal dan pikiran untuk bertindak sesuai
dengan etika dan nilai – nilai moral yang berlaku sesuai dengan kehendaknya,
lingkungan, dan ajaran agama yang di anutnya. Nilai – nilai dan norma – norma
yang memberikan arah dan makna bagi manusia dalam bertindak ialah agama.
Selain itu islam juga berperan
penting dalam kehidupan individu, beberapa peran itu diantaranya:
1.
Menjawab pertanyaan yang tak mampu dijawab oleh logika
manusia
2.
Memberi paradigma kepada manusia tentang Allah sebagai
Tuhan
3.
Membedakan antara yang hak dan yang batil
4.
Fungsi kreatif, mendorong manusia untuk bekerja,
beramal, dan kerja kreatif
5.
Pedoman penyempurnaan akhlak
6.
Fitrah manusia yang membutuhkan agama, adanya kekuatan
adikodrati di luar kemampuan manusia
Selain mempunyai peran agama islam
juga mempunyai fungsi dalam kehidupan individu, beberapa diantaranya yaitu:
a. Agama
Sebagai Sumber Nilai dalam Menjaga Kesusilaan
Sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem nilai ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi, pendidikan, dan masyarakat.
Selanjutnya, tulis Mc. Guire, berdasarkan perangkat informasi yang diperoleh seorang dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam dirinya. Sejak itu perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu dalam membentuk identitas seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari – hari, bagaimana sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu.
Sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem nilai ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi, pendidikan, dan masyarakat.
Selanjutnya, tulis Mc. Guire, berdasarkan perangkat informasi yang diperoleh seorang dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam dirinya. Sejak itu perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu dalam membentuk identitas seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari – hari, bagaimana sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu.
b. Agama
Sebagai Sarana untuk Mengatasi Prustasi
Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari Kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, istirahat, dan seksual, sampai kebutuhan psikis, seperti keamanan,, ketentraman, per-sahabatan, penghargaan, dan kasih sayang. Menurut Sarlito Wiraman Sarwono, apabila kebutuhannya itu tidak terpenuhi, terjadi ketidak-seimbangan, yakni antara kebutuhan dan pemenuhan, maka akan menumbuhkan kekecewaan yang tidak menyenangkan, kondisi atau keadaan inilah yang disebut frustasi.
Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan tingkah laku kagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah laku religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Kebutuhan – kebutuhan manusia pada hakikatnya diarahkan kepada kebutuhan duniawi, seperti kebutuhan fisik ( pangan, sandang, papan, seks, dan sebagainya ) kebutuhan psikis ( kehormatan, penghargaan, perlindungan dan sebagainya ). Untuk itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah – hal tersebut yang melahirkan tingkah laku keagamaan.
Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari Kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, istirahat, dan seksual, sampai kebutuhan psikis, seperti keamanan,, ketentraman, per-sahabatan, penghargaan, dan kasih sayang. Menurut Sarlito Wiraman Sarwono, apabila kebutuhannya itu tidak terpenuhi, terjadi ketidak-seimbangan, yakni antara kebutuhan dan pemenuhan, maka akan menumbuhkan kekecewaan yang tidak menyenangkan, kondisi atau keadaan inilah yang disebut frustasi.
Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan tingkah laku kagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah laku religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Kebutuhan – kebutuhan manusia pada hakikatnya diarahkan kepada kebutuhan duniawi, seperti kebutuhan fisik ( pangan, sandang, papan, seks, dan sebagainya ) kebutuhan psikis ( kehormatan, penghargaan, perlindungan dan sebagainya ). Untuk itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah – hal tersebut yang melahirkan tingkah laku keagamaan.
c. Agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan
Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama sebagai sarana untuk mengatasinya, adalah ketakutan yang tidak ada obyeknya. Untuk mengatasi ketakutan sepert diatas, psikologi sebagai ilmu empiris, terbentur masalah kesulitan. Soalnya bentuk ketakutan tanpa obyek hampir tidak bisa diteliti secara positif-empiris, karena ketakutan tersebut biasanya tersembunyi dalam gejala – gejala lain yang merupakan manifestasi terselubung dari ketakutan, misalnya dalam bentuk gejala malu, rasa bersalah, takut kecelakaan, rasa bingung, dan takut mati. Timbulnya motivasi agama salah satunya karena adanya rasa takut. Lihatlah misalnya disaat terjadi musibah gempa bumi, tsunami, dan sebagainya orang berduyun – duyun pergi ke rumah ibadah minta pertolongan dan perlindungan kepada Yang Mahakuasa.
Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama sebagai sarana untuk mengatasinya, adalah ketakutan yang tidak ada obyeknya. Untuk mengatasi ketakutan sepert diatas, psikologi sebagai ilmu empiris, terbentur masalah kesulitan. Soalnya bentuk ketakutan tanpa obyek hampir tidak bisa diteliti secara positif-empiris, karena ketakutan tersebut biasanya tersembunyi dalam gejala – gejala lain yang merupakan manifestasi terselubung dari ketakutan, misalnya dalam bentuk gejala malu, rasa bersalah, takut kecelakaan, rasa bingung, dan takut mati. Timbulnya motivasi agama salah satunya karena adanya rasa takut. Lihatlah misalnya disaat terjadi musibah gempa bumi, tsunami, dan sebagainya orang berduyun – duyun pergi ke rumah ibadah minta pertolongan dan perlindungan kepada Yang Mahakuasa.
d.
Agama
sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan
Agama mampunmemberi jawaban atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah – tengah alam semesta ini. Tanpa agama, manusia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sangat mendasar dalam kehidupannya, yaitu dari mana manusia datang, apa tujuan manusia hidup, dan mengapa manusia ada, dan kemana manusia kembalinya setelah mati.
Dipandang dari segi psikologis dapat dikatakan bahwa agama memberi sumbangan istimewa kepada manusia dengan mengarahkannya kepada Tuhan. Dengan demikian, agama dapat menjadikan manusai merasa aman dalam hidupnya. Kesadaran akan keadaan itu jelas melahirkan adanya tingkah laku keagamaan.
Agama mampunmemberi jawaban atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah – tengah alam semesta ini. Tanpa agama, manusia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sangat mendasar dalam kehidupannya, yaitu dari mana manusia datang, apa tujuan manusia hidup, dan mengapa manusia ada, dan kemana manusia kembalinya setelah mati.
Dipandang dari segi psikologis dapat dikatakan bahwa agama memberi sumbangan istimewa kepada manusia dengan mengarahkannya kepada Tuhan. Dengan demikian, agama dapat menjadikan manusai merasa aman dalam hidupnya. Kesadaran akan keadaan itu jelas melahirkan adanya tingkah laku keagamaan.
2.) Islam
Dalam Kehidupan Masyarakat
1. Agama sebagia motivtor, agama di sini adalah sebagai
penyemangat seseorang maupun kelompok dalam mencapai cita-citanya di dalam
seluruh aspek kehidupan.
2. Agama sebagai creator dan inovator, mendorong semangat
untuk bekerja kreatif dan produktif untuk membangun kehidupan dunia yang lebih
baik dan kehidupan akhirat yang lebih baik pula.
3. Agama sebagai integrator, di sini agama sebagai yang
mengintegrasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai
orang-seorang maupun sebagai anggota masyarakat.
4. Agama sebagai sublimator, masksudnya adalah agama sebagai
mengadukan dan mengkuduskan segala perbuatan manusia.
5. Agama sebagai sumber inspirasi budaya bangsa, khususnya
Indonesia.
Dalam rangka membuktikan peran
agama Islam dalam kehidupan sosial, kita memerlukan beberapa komponen yang
menurut saya penting:
a. Hubungan
Tauhid Dengan Ilmu Pengetahuan.
Dari
segi kebudayaan, agama merupakan universal cultural; artinya terdapat disetiap
daerah kebudayaan dimana saja masyarakat dan kebudayaan itu berada.
Konsekuensi dari tauhid adalah bahwa
manusia harus menguasai alam dan haram tunduk kepada alam. Menguasai alam
berarti menguasai hukum alam; dan dari hukum alam ini, ilmu pengetahuan dan
teknologi dikembangkan.
b. Paradigma
Ilmu-Ilmu Islami
Mengenal dan beriman kepada Allah dapat
dilakukan melalui tanda –tanda yang diberikan-nya, melalui diri kita sendiri,
jagat raya, wahyu, ataupun benda-benda lainnya.
Manusia yang hendak menyingkap rahasia
Allah melalui tanda-tanda-nya berupa jagat raya, menggunakan perangkat berupa
ilmu-ilmu fisik, seperti ilmu fisika, kimia, sosiologi, ekonomi dan sebagainya.
Dengan demikian, jalur manapun yang digunakan manusa dalam rangka menyingkap
tabir kekuasaan-nya, akan melahirkan manusia yang semakin dekat dengan tuhan,
paradigma ini sekaligus merupakan jawaban terhadap dikotomi ilmu agama dan ilmu
non agama. pada dasarnya ilmu agama dan ilmu non agama hanya dapat dibedakan
untuk kepentingan analisis, bukan untuk dipisahkan apalagi dipertentangkan.
c. Ilmu
Eksakta Ditangan Umat Islam
Ilmu eksakta yang dimaksud disini adalah
ilmu-ilmu yang membahas masalah-masalah yang bersifat empiris dan
bersifat”pasti.” Dalam beberapa literatur dijelaskan mengenai sumbangan umat
Islam terhadap matematika, anstronomi, kimia , dan optic.Matematika
1. Matematika
Diantara tokoh yang paling masyhur
dalam bidang matematika adalah Khawarizmi. Dialah yang menulis buku ilmu hitung
dan aljabar . Juga Umar al-Khayam dan al-Thusi adalah ulama yang terkenal dalam
bidang ilmu matematika. Angka nol adalah ciptaan umat Islam . Pada tahun 873 m.
Angka nol telah dipakai di dunia Islam.
2. Astronomi
Di dunia Islam yang terkenal ilmunya
dalam bidang astronomi adalah Umar Khayam dan al-Farazi. Mereka menulis
buku-buku tentang astronomi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
untuk kemudian diajarkan di Eropa.
3. Kimia
Ulama muslim yang terkenal dalam
bidang kimia adalah Jabir bin Hayyan dan Zakaria al-Arazi yang dikenal di Eropa
dengan sebutan Gaber dan Rhazes. Pada zaman kejayaan Yunani, kimia banyak
dibangun berdasarka spekulasi. Sedangkan pada zaman kejayaan Islam, kimia
dikembangkan atas dasar percobaan dan eksprimen.
4. Optik
Ulama yang terkenal dalam bidang
optik adalah Ibnu Haitsam, yang berpendapat bahwa benda dapat dilihat karena
benda mengirim cahaya ke mata, dan pernyataan ini dibenarkan oleh pengetahuan
modern.
3.)
Islam Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Keragaman
budaya bangsa Indonesia diungkapkan dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang
mengandung arti, meskipun bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku
bangsa, budaya dan bahasa, tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia itu satu
sebagai “bangsa”. Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan
kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin
semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”.
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dinyatakan di dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik,
ekonomi dan budaya.
Secara konsepsional, keragaman
budaya itu merupakan aset bangsa, oleh karena itu perbedaan tidak harus
dipersoalkan, sepanjang perbedaan itu dalam kerangka persatuan. Pancasila
sering disebut sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Artinya nilai-nilai
dari sila-sila Pancasila memang digali dari khazanah kebudayaan bangsa.
Data sejarah bangsa menunjukkan
bahwa aspirasi Islam sebagai Pandangan hidup tak pernah berhenti
terlibat dalam pergumulan ideologis, termasuk dalam proses perumusan UUD 45,
dan kesemuanya berjalan sangat wajar karena mayoritas penduduk Indonesia
menganut agama Islam. Oleh karena itu tak bisa dipungkiri bahwa di dalam
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya terkandung butir-butir
pandangan hidup Islam.
Berbicara mengenai Islam sebagai
pandangan hidup dapat terungkap jika kita dapat memahami masalah “HIDUP” .
Pandangan Hidup umat manusia sepanjang sejarahnya mencatat banyak ragam
pandangan hidup, baik yang dikenal sebagai filsafat maupun yang dikenal sebagai
ajaran leluhur, maupun yang dikenal sebagai agama/ajaran Tuhan. Dalam Islam,
pandangan hidup itu disebut aqidah (suatu keyakinan yang mengikat batin
manusia). Karena mengikat batin maka aqidah menjadi pegangan hidup. Aqidah
Islam memperkenalkan kepada manusia tentang Tuhan, tentang alam raya dan
tentang makhluk manusia, di mana setiap individu termasuk di dalamnya.
Semua manusia secara naluriah
mengenal dirinya dan alam sekitarnya sampai kepada alam raya. Secara naluriah
manusia juga mengenal Tuhan (sekalipun dalam berbagai macam persepsi) dan
pengenalannya itu saat menjadi keyakinan, memberikan pandangan hidup tertentu
yang dijadikannya pegangan hidup bagi dirinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam adalah sistem yang menyeluruh,
mencakup seluruh sisi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan
umat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan
undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan
kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran. Ia adalah aqidah yang lurus,
ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih. Agama Islam merupakan agama yang
sangat sempurna dan sangat lengkap. Kesempurnaan agama Islam ini ditandai
dengan syumuliyatuz zaman (sepanjang masa), syumuliyatul minhaj
(mencakup semuanya) dan syumuliyatul makan (semua tempat).
3.2 Saran
Dalam era globalisasi ini banyak sekali budaya, paham atau ajaran yang
berbeda sekali dari ajaran islam, yang tidak bersumber pada Al-Quran dan Hadis.
Banyak sekali yang sudah berubah dari umat muslim diseluruh dunia, mulai dari
meninggalkan kewajibannya untuk beribadah, tidak memperdulikan orang lain yang
memerlukan bantuan, harta yang dimiliki tidak digunakan untuk beramal dan
berbagi dan lain-lain.
Untuk lebih meningkatkan keislaman pada
seluruh muslim, mari kita sama-sama belajar kembali apa yang menjadi dasar
keislaman dan menjadi dasar keimanan kita yang kita bisa wujudkan atau
cerminkan dalam kehidupan kita sehari-hari agar kita mendapatkan pahala dan
ridho dari Allah SWT yang bisa menuntun kita untuk sukses baik didunia maupun
diakhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
Afandiy, Husein.Memperkokoh Aqidah Islamiyyah,(terj).Bandung:
Pustaka
Setia.1999
http://tarbiyahfesbukiyah.blogspot.co.id/2009/06/syumuliatul-islam.html/
Syafi’I, Ahmad Mufid.1994.Pendidikan
Agama Islam Untuk Kelas 1 SMU.
Jakarta: Yudhistira.
Jakarta: Yudhistira.
Al Jazairi, Abu Bakar Jabir. Pola
Hidup Muslim (Minhajul Muslim);
Aqidah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.1993
Al
Qur’an Al Karim
Ali, Muhamad.“Islamologi (Dinul Islam)”.Jakarta: Darul
Kutubil Islamiyah.
2007.
Sabiq, Sayid.“Aqidah Islam Pola Hidup Manusia
Beriman”.Bandung:
CV. Diponegoro, 1982.
Shollah, As Showi.“Yang Baku dan Yang Nisbi”.Solo :
Al Alaq Pustaka.1996.
Al Zindani,Abdul Majid.“Al Iman”.Jakarta: Pustaka Al Kaustar, 1994.
http://rachmatms.blogspot.co.id/2009/10/tauhid.html
http://ikadigresik.blogspot.co.id/2010/01/esensi-rukun-islam-dan-penerapannya.html